Saturday, 19 December 2020

PEDULI KORBAN BANJIR, DPRD KOMISI I PAMEKASAN BERSAMA TIM RELAWAN BAGIKAN RATUSAN NASI BUNGKUS.

PAMEKASAN- Pasca Banjir yang melanda dibeberapa titik wilayah Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Abd Aziz (DPRD Komisi I Pamekasan) bersama Tim Relawan bagikan ratusan nasi bungkus kepada masyarakat yang terdampak. Sabtu  (19/12/2020).

Abd. Aziz DPRD Komisi I Pamekasan, mengatakan kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian pada masyarakat yang terdampak banjir " kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian pada masyarakat yang terdampak banjir yang telah melanda dibeberapa titik di Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan”, katanya.
Abd. Aziz menambahkan bahwa kegiatan pembagian nasi bungkus bekerjasama dengan Tim Relawannya.
" Kegiatan ini saya bekerjasama dengan Tim Relawan saya yang bertujuan untuk merasakan secara langsung apa yang dirasakan masyarakat dan membangun kepedulian terhadap sesama" imbuhnya.

Terkait pendistribusian Abd. Aziz mrnyerahkan langsung kepada masyarakat yang berdampak banjir. Selain itu, Abd. Aziz berharap masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan agar tidak terjangkit penyakit yang rentan saat banjir, seperti penyakit kulit dan diare.

“ untuk masyarakat kami himbau agar tetap menjaga kesehatan, dan kami berharap masyarakat tetap waspada mengingat curah hujan saat ini masih tinggi,” tegasnya


Monday, 29 October 2018

MELIHAT PROSES PEMBUATAN KEREPUK SINGKONG MADURA

PROSES PEMBUATAN KEREPUK SINGKONG MADURA
Kerupuk singkong merupakan salah satu makanan yang digemari masyarakat Madura, selain itu, kerupuk singkong menjadi oleh-oleh khas Madura, singkong terkenal luas sebagai makanan pokok penghasil karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Singkong yang di pipih hingga tipis akan menjadi kerupuk yang memiliki rasa khas tersendiri.
                                                                      gambar: https://www.google.co.id

Secara umum proses pembuatan kerepuk singkong dimulai dengan lima tahap, yakni (1) singkong terlebih dahulu dikupas dari kulitnya, (2) direndam kurang dan lebih sekitar 2-4 jam, (3) singkong yang telah direndam, selanjutnya direbus dengan air panas pada waktu 2 jam dengan suhu 95oC, (4)  setelah dilakukan perebusan, ambil singkong dan potong dengan tebal 2cm, ambil bagian potongan tersebut untuk di pipih dengan bentuk panjang, dan (5)  proses terakhir singkong yang telah di pipih, selanjutnya dijemur hingga kering. Biasanya masyarakat Madura menggunakan bambu yang telah di anyam untuk tempat jemur kerupuk sebelum kerupuk yang telah kering di goreng dan disajikan dengan petis Madura.
        Proses pembuatan kerepuk singkong Madura relatif mudah, namun sering kali gagal. Kegagalan dalam pembautan kerupuk biasanya diakibatkan oleh kurangnya panas saat penjemuran dan memipihkan singkong  hingga berbentuk panjang. Masyarakat Madura sekarang berusaha mengembangkan kerupuk singkong dengan bermacam rasa. Sehingga menjadikan krepuk singkong Madura memiliki banyak varian rasa dan menjadi oleh-oleh khas Madura.

Thursday, 25 October 2018

PERBANDINGAN GULAT (OKOL) MADURA DAN GULAT SUMO TRADISIONAL JEPANG


PERBANDINGAN GULAT (OKOL) MADURA DAN GULAT SUMO 
TRADISIONAL JEPANG
Oleh : Syaiful Arif Wahyudi

Setiap negara atau daerah memiliki kebudayaan yang berbeda khususnya di bidang olahraga. Perbedaan kebudayaan tersebut tidak tutup kemungkinan berbeda pula pemaknaan setiap olahraganya, seperti halnya olahraga gulat (okol) tradisional di Madura, Jawa Timur. Selain sebagai hiburan masyarakat Madura, okol merupakan salah satu upaya bermunajat kepada Tuhan untuk mendatangkan hujan di musim kemarau berkepanjangan. Berbeda dengan okol, gulat sumo olahraga terdisional Jepang merupakan simbol kepahlawanan dan juga keagamaan yang di awali dengan ritual hingga pelemparan garam di tengah lapangan dengan tujuan untuk mengusir hal yang tidak baik. Pemaknaan yang berbeda tentu memilki peraturan berbeda pula dalam proses pelaksanaannya.
sumber: https://www.google.co.id 
Gulat tradisional Madura atau dalam bahasa Madura disebut dengan okol. Okol merupakan seni olahraga yang membutuhkan kekuatan kaki sebagai penyanggahnya sebagaimana dilakukan oleh seni olahraga gulat pada umumnya. Selain sebagai olahraga, okal merupakan media silaturahmi dan ritual memohon turunnya hujan kepada Yang Maha Kuasa. Adapun peraturan yang harus dipatuhi oleh setiap peserta okol, yakni (1) dilarang menggunakan kaki, tangan, dan kepala untuk menyerang lawan, (2) pertandingan dilaksanakan di lapangan atau sawah, (3) peserta tidak boleh menggunakan alat yang bisa melukai lawan, (4) waktu pertandingan maksimal 10 menit, dan (5) pertandingan akan dimulai apabila wasit memberikan tanda dengan menyentuh bahu para peserta okol. Peraturan yang telah dibacakan oleh ketua panitia wajib dipatuhi semua peserta okol, bagi peserta yang melanggar peraturan akan diberikan hukuman seperti teguran hingga didiskualifikasi dari pertandingan.

Selain okol atau gulat tradisional Madura, Jepang juga memiliki olahraga tradisional yang hampir sama dengan okol di Madura, yakni seni gulat sumo. Gulat sumo merupakan olahraga saling dorong antara dua orang pesumo yang berbadan gemuk sampai salah satu dari orang tersebut keluar dari lingkaran atau terjatuh hingga menyentuh tanah. Sama dengan okol, gulat sumo memilki aturan yang harus dipatuhi oleh pesumo, yakni (1) pegulat yang lebih dulu menyentuh tanah dengan bagian badan selain telapak kaki akan dianggap kalah, (2) pegulat yang keluar dari garis pembatas  dianggap kalah, dan (3) celana atau mawasi yang lepas saat pertandingan juga dinayatan kalah. Pertandingan sumo diatur oleh Asosiasi Sumo Jepang yang beranggotakan mantan pegulat sumo dan mereka berhak melakukan perekrutan  sumo setiap tahunnya.
sumber :https://www.google.co.id

Berdasarkan keberagaman tersebut dapat disimpulkan bahwa olahraga yang ada di setiap negara selalu memiliki perbedaan hingga makna masing-masing. Namun keberadaan olahraga tradisional  mengalami pergeseran oleh permainan modern, seperti Playstation (PS) dan jenis permaian canggih lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya pelestarian dan pemeliharaan terhadap olahraga tradisional  agar keberadaannya tetap terjaga.

Monday, 22 October 2018

KARAPAN SAPI SEBAGAI AJANG SILATURAHMI MASYARAKAT MADURA


KARAPAN SAPI SEBAGAI
AJANG SILATURAHMI MASYARAKAT MADURA 
 
Karapan sapi merupakan salah satu budaya Madura yang sudah ada sejak abad ke-14 M. Karapan sapi sebagai ajang silaturahmi berbagai bagian mulai dari pejabat pemerintah, peternak sapi khususnya sapi karapan, masyarakat Madura, dan pedagang yang menjajakan berbagai suvenir khas Madura. Festival karapan sapi  digelar setiap tahun, mulai September sampai Oktober. Dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-488 Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, Minggu 20 Oktober 2018, diadakan kegiatan karapan sapi untuk memperebutkan piala bergilir, acara tahunan ini diikuti oleh peserta dari dalam maupun luar Pamekasan.
 Pada karapan sapi, terdapat seorang joki (tokang tongko’) dan dua ekor sapi jantan yang diikat  kereta kayu (keleles) sehingga menjadi satu pasang. Joki  tersebut bertugas untuk menarik ekor sapi dengan tujuan mengendalikan lari sapi.
Selain dilombakan, karapan sapi merupakan pesta rakyat bagi masyarakat Madura. selain menjadi puncak dari semua rentetan event hari jadi ke 488 Kabupaten Pamekasan,  karapan dilaksanakan setelah masyarakat Madura sukses menuai hasil panen padi dan tembakau. Mereka yang ingin mengikuti perlombaan karapan sapi harus mengeluarkan dana dalam jumlah besar untuk keperluan menyiapkan sapi yang akan dilombakan dalam karapan. Perlombaan tersebut membutuhkan biaya hingga lima puluh juta rupiah untuk setiap pasang sapi guna perawatan dan memberi makanan sebelum menjelang pertandingan di arena.
Dalam pertandingan, pemilik sapi dan penonton seringkali menjadikan biaya perawatan yang mahal sebagai alasan taruhan, sehingga banyak dampak buruk yang muncul.  Untuk mengembalikan modal, beberapa oknum mengeluarkan uang dalam jumlah besar sebagai taruhan.  Tak sedikit pula pertandingan karapan sapi yang menimbulkan kekerasan dan kericuhan karena sebuah kekalahan. Selain itu, karapan sapi bukan lagi sebagai ajang silaturahmi masyarakat Madura, tetapi sebagai perlombaan mempertahankan kehormatan antarmasyarakat, dan wilayah. Kehormatan seseorang atau kelompok dipertaruhkan dalam karapan sapi dengan segala konsekuansi yang mengikutinya. Menanggapi situasi ini, sebagian ulama di Madura dan pihak pemerintah daerah memutuskan membuat aturan untuk menindak tegas oknum yang berjudi atau melakukan kericuhan di arena karapan sapi dengan tujuan menjaga nilai-nilai yang terdapat dalam karapan tanpa adanya unsur kriminalisasi.
Karapan sapi merupakan tradisi yang menjadi kebanggan masyarakat Madura. Setiap kali diadakan perlombaan diperkirakan  masyarakat yang hadir mencapai 1000-2500 orang. Sebelum perlombaan dimulai, setiap pasang sapi akan mengelilingi lapangan dengan tujuan melakukan  pemanasan dan memberikan penghormatan pada penonton dengan diiringi musik tradisonal Madura (seronẽn) dan penari yang mengenakan pakaian adat Madura.
Pelaksaan karapan ini, dibagi menjadi tiga babak. Babak pertama, seluruh sapi diadu kecepatnnya untuk menentukan atau memisahkan kelompok menang dan kalah. Babak kedua, memilih kembali pasangan sapi pada kelompok menang akan ditandingkan kembali. Demikian pula dengan sapi kelompok yang kalah. Babak ketiga, setiap sapi yang menang pada masing-masing kelompok diadu kembali untuk menentukan tiga pasang sapi pemenang dan tiga pasang sapi dari kelompok kalah, sampai diperoleh juara I, II, dan III pada setiap kelompok.
Karapan sapi tidak hanya sebagai perlombaan untuk mengadu gengsi pemiliknya, tetapi juga sebagai ajang silaturahmi semua elemen masyarakat Madura, mulai dari ujung timur pulau Madura, yakni Sumenep sampai ujung barat pulau Madura, yakni Bangkalan hingga daerah tapal kuda, seperti Situbondo, Pasuruhan dll . Selain itu, karapan sapi memiliki nilai-nilai lokal yang harus dipertahankan, yakni nilai tanggung jawab, kerja sama, dan nilai sportivitas.



PEDULI KORBAN BANJIR, DPRD KOMISI I PAMEKASAN BERSAMA TIM RELAWAN BAGIKAN RATUSAN NASI BUNGKUS.

PAMEKASAN-  Pasca Banjir yang melanda dibeberapa titik wilayah Kecamatan Pamekasan, Kabupaten Pamekasan, Abd Aziz (DPRD Komisi I...