BELAJAR TARI RONDHING DAN TARI TOPENG GETHAK
Oleh: Syaiful Arif Wahyudi
Tari rondhing dan Tari topeng gethak merupakan dua jenis tari tradisional peninggalan leluhur Madura. Sampai saat ini kedua tarian tersebut dipertunjukkan di acara-acara yang bersangkutan dengan Madura, salah satunya ketika hari jadi setiap kabupaten di Madura. Kedua tarian tersebut sudah mendapatkan hak paten dari Menteri Hukum dan HAM sebagai jenis tari tradisional asli Madura. Sebagai upaya untuk menjaga kelestarian tari rondhing dan tari topeng ghetak beberapa sekolah di Madura, khususnya di Pamekasan menjadikan tarian ini sebagai kegiatan ekstrakulikuler.
Beberapa tarian yang ada di Madura, termasuk tarian rondhing dan topeng gethak menggambarkan perjuangan masyarakat Madura pada zaman dahulu. Meskipun kedua tari ini sama-sama berasal dari Kabupaten Pamekasan, keduanya memilki arti dan makna yang berbeda.
Tari rondhing adalah tari drama komedi tradisional yang menggambarkan kegiatan baris-berbaris pada zaman penjajahan. Kata rondhing berasal dari kata “rot” artinya mundur dan “kot-konding” artinya bertolak pinggang. Seringkali mereka menyebut tari rondhing sebagai tari baris, meski ada sebagian masyarakat menyebutnya tari keca’ atau tari hentakan ke lantai. Bila disimpulkan memang tarian ini merupakan tarian yang menggambarkan cara baris-berbaris. Biasanya, tarian rondhing ini dimainkan oleh lima orang. Nilai filosofis yang terkandung dalam tari rondhing diangkat dari perjuangan masyarakat Kabupaten Pamekasan ketika melawan kompeni pada masa penjajahan Belanda. Sebagaimana tari 'rondhing', tari topeng gethak juga mengandung nilai filosofis yang menggambarkan masyarakat Madura pada zaman dahulu.
Tari topeng ghetak adalah salah satu kesenian yang menjadi bagian dari seni pertunjukan ludruk sandur di Madura. Kesenian sandur atau ludruk merupakan seni pentas yang membentuk personil yang berkembang di masyarakat Madura, khususnya di daerah pedesaan. Hampir semua masyarakat Madura mengenal kesenian ini karena ludruk dipertunjukkan saat acara pernikahan, khitanan, atau bentuk hajatan lainnya.
Pertunjukan kesenian sandur atau ludruk terdiri atas empat kesenian yang ditampilkan, yaitu pajuan andhongan, tarian rondhing, tarian topeng ghetak, dan tari seni ludruk yang menjadi sajian utama dalam kesenian pertunjukan. Salah satu bagian dalam pertunjukan ludruk, yakni tari topeng ghetak. Tarian ini menggambarkan tokoh Prabu Bolodewo dalam lakon topeng dhalang Madura yang ditiru oleh masyarakat. Topeng dhalang Madura yang berkembang di Kabupaten Sumenep pada awalnya digelar di kalangan keraton. Akan tetapi, pada proses berikutnya, topeng dhalang banyak ditonton oleh masyarakat secara terbuka. Tokoh Prabu Bolodewo merupakan tokoh yang dibanggakan bagi masyarakat sehingga rasa bangga tersebut diungkapkan melalui ekspresi gerak yang tersusun menjadi tarian. Masyarakat menyebutnya topeng ghetak karena tarian ini yang selalu mengikuti bunyi kendang yang berbunyai ”ge” dan “tak”. Bunyi kendang itulah yang mengilhami penggantian nama klonoan menjadi tari topeng ghetak hingga sampai sekarang orang menggunakan kata tari topeng ghetak sebagai kesenian yang berasal dari Madura.
Berdasarkan perbedaan dari kedua tari tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pulau Madura memiliki ragam tarian yang memiliki nilai filosofis yang berbeda-beda. Meski tari rondhing dan tari topeng ghetak memilki arti berbeda, kedua tarian tersebut sama-sama menggambarkan bahwa untuk menghormati perjuangan leluhurnya, masyarakat Madura tidak hanya menggunakan doa, tapi bisa implikasikan pada suatu kesenian, yakni tari rondhing dan tari topeng ghetak.